Kamis, 12 Januari 2012

CERPEN ku . :)


SURAT TERAKHIR
Aku mengenal dia tanpa sengaja, melalui facebook aku bertemu dengan dia. Malam yang terindah buatku. Kami tukaran nomor HP dan berlanjutlah perkenalan kami.
“Hai, ini aku Riko. Save ya nomorku.” sapanya kepadaku.
“Oke, aku save ya. Senang berkenalan dengan kamu.” balasku singkat.
“Ia, sama-sama. Tinggal dimana ni?” tanyanya.
“Dirumah. Hehehe..” jawabku dengan sedikit lelucon.
“Aku tau tinggalnya dirumah, maksud aku alamatnya dimana?” dia bertanya dengan serius.
“Ooh alamatnya, aku tinggal dijalan Melati. Kamu?” aku balik bertanya.
Berlanjut lagi perkenalan kami malam itu. Tanpa terasa malam pun mulai larut. Aku memutuskan untuk mengakhiri smsannya dan dilanjutkan lain hari.
***

Berapa hari kemudian, aku dan dia bertemu. Cinta pada pandangan pertama. Tanda-tanda cinta mulai muncul, aura-aura positif pun berdatangan.
“Senang liat kamu secara langsung malam ini.” katanya.
“Kenapa senang? Biasa aja lah, aku jadi malu.” tersenyum dan tersipu malu aku saat itu.
“Beneran kok, aku nggak bohong.” Dia berkata dengan serius.
Senyum-senyum malu dan bahagia yang aku rasakan. Nggak ingin malam ini cepat berlalu. Aku mau selamanya bersama dia, dalam keadaan apa pun. Aku bahagia malam ini. Waktu menunjukan pukul setengah 10 malam, waktunya aku untuk pulang kerumah.
“Sudah malam ni, kamu nggak pulang? Maaf yaa bukan maksud aku buat ngusir atau pun apa, tapi nggak enak diliat tetanggaku. Sudah malam juga, rumah kamu juga jauh dari rumah aku. Nanti kamu kemalaman lagi sampai dirumah.” kataku.
“OK. Aku pulang dulu ya. Lain kali kita ketemu lagi, aku janji pasti kita ketemu lagi.” dia berkata sambil tersenyum manis kepadaku.
“Hati-hati dijalan ya.” aku menjawab dan melambaikan tangan kearahnya.
Makin lama bayangnya makin menghilang, tak terlihat lagi. Tapi aku masih saja tetap berdiri diluar sambil melihat kearah jalan.
“Masuk rumah kak, sudah malam.” suara adik ku terdengar dari pintu rumahku.
“Ia sebentar.” aku tersadar dari lamunanku dan segera masuk kerumah.
Sungguh malam yang sangat indah buatku. Aku bahagia mengenal dia, sepertinya aku menemukan cinta yang telah lama hilang dalam hidupku. Sejak saat itu aku sering melamun, tertawa sendiri, seperti orang kurang waras. Mungkin inilah cinta yang aku rasakan kembali setelah bertahun-tahun aku menutup hati untuk orang lain. Dia berhasil membuatku tersenyum lagi, terbangun dari mimpi buruk yang selama ini aku alami.
***

Pagi hari, aku terbangun dari tidur. Ingatanku langsung tertuju pada seseorang yang mempunyai senyuman manis. Wajah yang sama sekali tak ingin aku lupakan dalam ingatanku walau pun hanya 1 detik saja. Aku ingin selamanya memikirkan dia agar aku bisa selalu tersenyum.
Krrrriingggg. HP ku berbunyi tanda sms. Panjang umurnya cowok itu, baru saja dipikirkan. Segeraku membaca sms darinya.
“Hai. Selamat pagi. Jalan yuuk.” ajaknya padaku.
Dapat sms dari dia seperti itu tentu saja aku tak menolaknya, karna inilah yang aku harapkan.
“Pagi juga. Jam berapa?” balasku.
“Jam setengah 8 malam aku jemput ya.” katanya.
“OK. Aku tunggu” balasku singkat.
Aku bergegas mandi dan memulai hariku dengan penuh senyum bahagia.
“Tumben bangun pagi.” Ledek ibuku kepadaku.
“Aah, ibu aja tu yang nggak pernah liat Riska bangun pagi. Hehehe.” Aku menjawab dengan nada mengolok.
“Senyum-senyum lagi, kenapakah anak ini? Abis kesambet jin dari mana?” kata ibuku.
“Iiih, ibu ini. Nggak senangkah melihat anaknya tersenyum pagi-pagi seperti ini?” tanyaku.
“Bukan nggak senang sayang, tapi menurut ibu aneh aja. Kemarin-kemarin kamu bangunnya siang, bangun tidur mukanya ngerengut aja. Hari ini beda sekali, sudah bangun pagi senyum-senyum lagi.” kata ibuku mulai penasaran.
“Perasaan ibu aja itu, menurut Riska biasa aja kok.” Jawabku.
“Ya sudah, sarapan dulu. Habis itu bantu ibu ya.” Kata ibuku sambil menyiapkan sarapan pagi buatku.
“Baiklah ibuku cantik.” Aku tersenyum dan mencium pipi ibuku.
Hari menjelang siang, aku tak sabar menunggu malam tiba. Berulang-ulang kali aku melihat jam.
“Masih lama lagi malam.” Gerutuku
“Mau kemana kamu malam ini?” Tanya ibuku.
“Ibu, bikin kaget saja tiba-tiba muncul. Mau kerumah Tiara bu.” Jawabku.
“Ooh, sama siapa?” ibuku mulai curiga.
“Sama teman bu.” Aku berusaha meyakinkan ibuku.
“Baiklah, ibu mau kerumah bibimu dulu, jaga rumah ya.” Pesan ibuku kepadaku.
“Ia bu.” Kataku sambil mengangguk.
***

Jam menunjukan pukul 7 malam. Buru-buru aku mencari baju yang mau ku pakai untuk pergi bersama dia. Aku pakai baju yang paling terbaik yang aku punya. Aku nggak mau malu-maluin didepannya nanti, karna ini adalah malam pertama aku jalan dengannya. Jam setengah 8 malam pun tiba. Deg deg deg. Perasaan ku nggak sabaran pengen ketemu dia.
10 menit kemudian.
“Assalamu’alaikum.” terdengar suara dari depan pintu rumahku.
“Wa’alaikum salam.” balas ibuku.
“Ada Riskanya bu?” Tanyanya dengan sopan.
“Ada, silahkan masuk. Tunggu ya ibu panggilkan Riskanya.” Kata ibuku.
Ibuku menghampiriku dikamar, aku tak sadar kalau dia sudah menungguku.
“Riska, ada temanmu yang mencarimu.”
“Siapa bu?”
“Seorang laki-laki yang begitu sopan, siapa dia Ris?”
“Teman Riska bu. Namanya Riko.”
“Oh, cepatlah dia sudah menunggumu diluar.”
“Baik bu. Trima kasih ya bu.”
Aku bernafas lega karna ibuku tidak menaruh curiga sedikit pun kepadaku. Tapi aku yakin, suatu saat ibuku pasti mengetahuinya. Aku beranjak dari kamar dan menemui Riko diruang tamu.
“Maaf ya sudah menunggu lama.” Kata ku basa-basi.
“Nggak apa-apa kok, nggak lama juga. Mau jalau sekarangkah?” tanyanya.
“Ia deh, takutnya nanti kemalaman.” Ajakku.
“Ok. Aku ijin dulu ya sama ibumu.” Katanya kepadaku.
Aku mengangguk saja, mengiyakan perkataannya. Baru kali ini aku menemukan seorang laki-laki yang berani ijin kepada orang tuaku untuk mengajakku jalan.
“Bu, saya jalan dulu sama Riska.”
“Ia nak Riko. Hati-hati ya, jangan pulang malam-malam.”
“Baik bu.”
Kami pun meninggalkan rumahku. Ternyata dia sudah menyiapkan tempat special untukku dan dia malam ini. Kami pun sampai ditempat tujuan. Tempat yang begitu romantis.
Dia mengajakku makan disebuah kafe yang khusus dipersiapkannya untuk dinner kami malam ini. Suasana mulai hening.
“Tempatnya bagus.” Kataku.
“Ia, aku sengaja menyiapkannya untuk kita. Aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu.”
Deg deg deg. Hatiku bergetar. Pikiranku melayang. Aku bingung harus berbuat apa. Yang pasti aku nggak mau malam ini cepat berlalu. Dia memengang tanganku dan berkata.
“Aku menyayangimu dan aku sangat menyukaimu. Maukah kamu menjadi pacarku malam ini dan selamanya?”
Aku kaget, rasa tak percaya mulai muncul. Dalam hati mengatakan ia, tapi disisi lain aku juga takut kejadian yang dulu terukang lagi.wajahku tiba-tiba murung.
“Kamu kenapa? Kok jadi sedih? Ada yng salah ya sama kata-kataku tadi?” tanyanya padaku.
“Nggak ada kok, kamu nggak ada salah apa-apa. Aku cuma kepikiran sama kejadian yang ku alami dulu.”
Tiba-tiba air mataku menetes, aku bingung kenapa air mata itu jatuh. Harusnya aku bahagia. Mengatakan ia sesuai perasaan yang ku alami. Harusnya aku bahagia karna perasaanku terbalaskan. Malam ini aku bimbang, aku merusak moment yang special malam ini.
“Pulang yuk.” Ajakku tiba-tiba.
“Kenapa?” tanyanya heran.
“Tiba-tiba aku merasa pusing aja.” Aku berusaha meyakinkan dia.
“Baiklah.” Jawabnya singakat.
“Kamu nggak marahkan?” aku bertanya dengan nada khawatir.
“Ya nggak lah, kamu kan sakit nggak mungkin aku marah. Aku justru khawatir sama keadaan kamu mala mini. Aku takut kamu kenapa-kenapa.” Dia pun menjawab dan berusaha membuat aku merasa tenang.
            “Terima kasih ya.” Jawabku.
Bodoh, bodoh, bodoh. Nggak berhenti-hentinya aku menyalahkan diriku sendiri. Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh didunia ini. Aku menyia-nyiakan kesempatan mala mini.
 Aku memutuskan untuk mengambil HP dan menghubungi dia.
“Maafin aku ya sudah merusak suasana malam ini.”
“Nggak apa-apa kok. Aku harap kamu bisa menjawab pertanyaanku yang tadi.”
“Kapan?”
“Kapan aja kamu siap. Aku siap kok menunggu kamu. Aku serius sama kamu. Aku nggak punya maksud apa-apa. Aku tulus sayang sama kamu.”
“Baiklah, nanti aku fikirkan lagi.”
“OK. Kamu istirahat ya. Selamat malam.”
“Malam juga.”
***
Pagi ini aku merasa beda dari hari kemarin, seperti ada yang hilang dari hidupku. Entah apa yang hilang. Aku kekurangan semangat hidup. Tiba-tiba aku mengingat dia, aku berharap dia tak kecewa denganku karna kejadian malam itu.
HP ku berbunyi tanda ada sms. Aku membuka HP ku dan ternyata pesan dari dia.
“Selamat pagi tuan putriku.”
“Selamat pagi juga. Kamu nggak marah sama aku?”
“Marah kenapa?”
“Karna tadi malam.”
“Ya nggak lah, aku malah senang. Akhirnya aku bisa jalan sama kamu. Mungkin kondisi tadi malam aja yang sedikit nggak mendukung. Keadaan kamu bagaimana?”
“Alhamdulillah sudah baikkan kok. Aku pikir kamu marah terus nggak mau hubungin aku lagi.”
“Tenang aja, itu nggak bakalan terjadi. Karna aku akan selalu bersama kamu, dalam keadaan apapun.”
Mendapat pesan dari dia seperti itu aku merasa seperti menjadi orang yang paling special dalam hidupnya. Aku senang karna cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Aku hanya berharap hubunganku dengan dia bisa berjalan dengan baik. Kali ini aku yang mempunyai inisiatif untuk mengajaknya jalan.
“Aku mau ngajak kamu jalan sebagai ucapan maafku karna telah mengacaukan acara kita tadi malam.”
“Kapan?”
“Aku harap secepatnya.”
“OK. Malam ini aku jemput kamu ya. Tapi kamu nggak dimarahkah sama ibumu?”
“Nggak kok. Aku sudah ijin sama ibu.”
“Baiklah. Aku jemput seperti tadi malam ya.”
“Iya, aku tunggu.”
Aku lega karna dia nggak marah sama aku. Semoga nanti malam berjalan dengan lancar. Hanya itu harapanku untuk malam ini.
Jam menunjukan pukul setengah 8, dia tiba dirumahku. Seperti malam kemarin dia meminta ijin kepada ibuku. Kemudian kami jalan kesebuah tempat yang begitu romantic, yang hanya ada kami berdua saja. Dihiasi dengan suasana dinner yang begitu indah. Ternyata dia juga menyiapkan kejutan buat aku. Dia menyiapkan hiasan dikolam yang bertuliskan I LOVE YOU. Begitu indah dan baru kali ini ada cowok yang memperlakukan aku seperti ini. Aku makin sayang sama dia.
“Bagaimana? Apa kamu bisa menerima cintaku malam ini?”
“Maaf ya, aku nggak bisa.”
Wajahnya tertunduk, tiba-tiba dia seperti orang yang kehilangan nyawanya saja. Lalu dia bertanya dengan nada yang srius dan seperti tak percaya.
“Kenapa? Apa kamu kurang yakin sama aku?”
“Nggak kok. Maksudku, aku nggak bisa kalau nolak kamu.”
Dia tersenyum bahagia dan mencium keningku. Aku kaget dan aku terdiam saat itu. Aku nggak nyangka dia bisa berprilaku seperti itu. Aku bahagia bisa menjadi seseorang yang penting dalam hidupnya.
“Trima kasih ya sudah mau nerima aku. Aku janji aku bakalan jaga kamu sampai maut yang memisahkan kita. Aku mau kamu selalu bahagia sama aku. Aku sama sekali nggak mau kamu sedih, aku cuma maunya kamu bahagia. Aku yang akan jagain kamu.”
“Aku nggak perlu janji kamu, aku nggak perlu omongan. Aku cuma mau kamu bisa buktiin sama aku yang kamu omongin tadi. Aku juga nggak nuntut macam-macam dari kamu.”
Mendengar omonganku tadi dia tersenyum manis dan mengangguk. Malam mulai larut. Aku mengajaknya untuk pulang. Sesaat sampai dirumahku, dia memberikan aku sebuah kado kecil.
“Jangan dibuka dulu ya.” Katanya.
“Apa ini?” tanyaku heran.
“Simpan aja dulu, nanti kalau aku bilang boleh dibuka baru dibuka ya.” Dia berkata sambil memegang tanganku dengan lembut.
“Ia, aku simpan pemberian dari kamu.” Aku tersenyum kecil.
“Baiklah, aku pulang dulu ya.” Kata Riko.
“Hati-hati ya, salam buat orang rumah.” Aku pun melambaikan tangan kearahnya.
Aku penasaran dengan kado kecil yang dia berikan kepada aku. Tapi aku mencoba untuk menepati janjiku sama dia. aku menyimpan kado itu dilaci lemari baju ku. Aku menyimpan dengan hati-hati seperti aku menyimpan cintanya didalam hati ku. Ditempat yang istimewa dan begitu special.
***
Setelah aku menjalin hubungan dengan dia, aku merasa seperti ada semangat baru dalam hidupku. Tiap pagi dia memberikan ucapan-ucapan yang romantic melalui sms. Dia juga rajin mengantarkan bunga dan coklat tiap hari. 5 hari berturut-turut seperti itu. Tak pernah absen pengantar bunga kerumahku, sampai-sampai pengantar bunga itu hafal dengan rumah dan wajahku.
Hari ke-6, aku merasa seperti ada yang kurang. Aku menunggu kiriman bunga dari dia didepan rumahku. Berjam-jam aku diluar, tak ada pengantar bunga kerumahku. Sampai-sampai aku menelpon ketempat pengantar bunga itu.
“Selamat sore mas. Saya Riska yang tinggal dijalan Melati. Saya mau nanya, apakah ada kiriman bunga dan coklat untuk saya hari ini?”
“Sore juga mba. Maaf mba kebetulan hari ini tak ada kiriman bunga dan coklat kealamat mba.”
“Oh, begitu ya mas. Trima kasih ya. Maaf sudah mengganggu.”
Telpon itu ku tutup, aku terbaring lemas dikamar, aku mulai khawatir dengan dia. Aku takut dia melupakan aku. Aku mulai berfikir yang macam-macam. Tiba-tiba HP ku berbunyi, ada panggilan masuk. Nomor tak ku kenal. Buru-buru ku angkat.
“Halo.”
“Halo. Ini Riska ya.”
“Ia, ini siapa?”
“Saya ibunya Riko, kamu pacarnya Riko ya?”
“Ia bu, ada apa ya?”
“Maaf nak, ibu terlambat memberitahukan kamu. Riko sekarang dirumah sakit. Dia komah, dari semalam dia terus saja menyebut nama kamu.”
“Riko sakit apa bu? Dia tidak pernah bercerita apa-apa sama saya.”
“Riko terkena kanker otak, ibu juga baru mengetahuinya. Dia juga tidak pernah bercerita kepada ibu tentang penyakit yang dia derita. Dia cenderung tertutup sama orang lain”
Air mataku terus mengalir mendapat kabar seperti itu. Aku nggak menyangka bahwa orang yang begitu aku sayang harus menderita seperti ini. Aku bergegas menuju rumah sakit tempat dimana Riko dirawat. Buru-buru aku kesana. Aku nggak mau Riko menungguku lebih lama. Aku ingin ada disamping Riko. Sepanjang perjalanan aku terus saja menangis. Saat tiba diruma sakit aku berlari menuju ruangan Riko.
“Bagaimana keadaan Riko bu? Saya ingin melihatnya.” Aku memohon dan terus saja menangis.
“Masuklah nak. Riko sudah menunggumu.” Kata ibunya Riko kepadaku.
Aku nggak tega melihat keadaan Riko. Badannya penuh dengan alat bantu medis. Aku nggak punya pikiran apa-apa. Aku menghampiri Riko dengan rasa nggak percaya. Seperti mimpi yang aku alami hari ini.
“Riko, jangan tinggalin aku, aku nggak mau kamu pergi. Aku nggak mau sendiri lagi. Aku sayang sama kamu. Aku mau terus bersama kamu. Bangun Riko. Aku ada disini.”
Air mataku terus mengalir, aku memegang tangan riko dengan erat. Aku nggak mau melepaskan dia. aku sayang dengan dia. Tiba-tiba tangan Riko bergerak dan matanya terbuka perlahan-lahan. Dia melihat kearahku.
“Riko, kamu sudah sadar.”
“Riska, maafin aku. Aku sayang sama kamu. Aku nggak mau kita berpisah. Aku yakin aku bisa menjaga kamu sampai kapan pun. Aku akan selalu sama kamu. Karna aku sudah ada didalam hati kamu. Begitu juga kamu. Kamu lah yang ada  dihati ku sekarang dan selamanya. Kamu jangan sedih ya. Aku nggak mau kamu menangis. Aku mau kamu tersenyum dan bahagia.”
“Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?”
“Cerita tentang apa sayang? Aku nggak pernah menutupi apapun dari kamu.”
“Kamu bohong sama aku.”
“Aku nggak akan pergi kok, aku selalu ada disampingmu sayang.”
Aku terus saja menangis, aku terus saja menyalahkan Riko. Riko hanya tersenyum kecil saat  melihat kekhawatiranku. Wajahnya pucat, matanya tertutup. Tangan Riko pun terlepas dari genggamanku.
“RIKO. Jangan tinggalin aku. Aku nggak mau kamu pergi.”
Mendengar teriakanku ibu Riko dan teman-temannya masuk kedalam ruangan. Ibunya memeluk aku dan berusaha menenangkan aku.
“Sabar sayang. Riko nggak pergi, hanya jasatnya saja yang pergi. Dia sudah ada dihati kamu dan nggak akan pernah pergi. Dia akan selalu jagain kamu. Ibu juga menemukan ini dikamarnya Riko.”
“Apa ini bu?”
“Ini surat untuk kamu.”
Surat itu ku buka dan ku baca, berlinang air mataku membaca surat terakhir yang dia tuliskan untuk ku.
“SAYANG, MAAFIN AKU. AKU PERGI MENINGGALKAN KAMU. AKU SAYANG SAMA KAMU. AKU NGGAK MAU KAMU SEDIH YA SETELAH MEMBACA SURAT INI. AKU BAHAGIA MENGENALMU, 6 HARI TERINDAH YANG KU DAPATKAN DALAM HIDUPKU. TERIMA KASIH SUDAH MAU MENJADI PACARKU YANG TERAKHIR DALAM HIDUPKU. BENDA YANG ADA DIDALAM KADO KEMARIN TOLONG DIPAKAI YA. JANGAN PERNAH LUPAKAN AKU YA. AKU AKAN SELALU ADA DIHATI KAMU. AKU BAKALAN HADIR DALAM MIMPIMU TIAP MALAM. WALAU DUNIA KITA SUDAH BERBEDA TAPI JANGAN TAKUT YA. AKU SELALU ADA DIHATI KAMU. SELAMANYA.”
Itu adalah surat terakhir dari Riko. Aku nggak menyangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Sesampainya dirumah aku membuka kado yang kemarin Riko berikan, ternyata isi kado itu adalah sebuah kalung. Aku memakai kalung itu, aku pun mengingat Riko kembali dengan semua kenangan manis yang kami lewati. Tak ada luka yang dia berikan. Hanya senyum bahagia yang dia persembahkan untukku. Hingga akhir hayatnya pun dia tetap tersenyum untukku.
Dalam hati aku berkata, “semoga kau tenang disana sayang, aku selalu mengingatmu. Kau lah yang pertama dihatiku. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu selama kau ada disampingku. Aku sayang kamu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar